Soppeng – Pemandian Air Panas Lejja di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel) diyakini memiliki kekuatan gaib oleh sejumlah masyarakat. Mulai dari hal mistis hingga mitos sumur jodoh.


Direktur Utama Perseroda Soppeng Muhammad Jufri, sebagai pengelola Lejja, mengatakan sebagian masyarakat yakin jika Lejja dihuni oleh makhluk gaib. Sebabnya, tidak sedikit pengunjung yang kesurupan di sekitar lokasi pemandian.

“Sebagian masyarakat meyakini lokasi ini (Lejja) dijaga oleh makhluk gaib. Jika ada pengunjung yang terlalu berlebihan atau terlalu banyak bicara biasanya akan kesurupan,” kata Jufri seperti dikutip dari

Jufri menyebut kepercayaan masyarakat itu sudah ada sebelum masuknya Islam di Soppeng. Tempat itu sebelumnya juga dijadikan tempat memberi sesajen ketika hasil tani masyarakat berhasil.

“Itu sebagai bentuk ucapan syukur masyarakat sebenarnya. Makanya, kalau sudah lebaran itu pasti ramai orang pergi makan-makan di dekat mata air,” kata dia.

Sumur Jodoh
Selain itu, berkembang pula sebuah mitos tentang sumur jodoh. Konon, jika seseorang menggantungkan botol plastik di sekitar sumur jodoh, maka akan segera dipertemukan dengan jodohnya.

“Kepercayaan seperti itu banyak diyakini kelompok tertentu. Hal tersebut merupakan sebuah kepercayaan yang berkembang dari mulut ke mulut dalam waktu yang cukup lama,” kata Jufri.

Sumur jodoh berada di jalan masuk Pemandian Air Panas Lejja, tepatnya di sisi sebelah kanan. Jufri menilai mitos itu muncul karena banyak pengunjung yang pertama kali berjumpa saat pelesiran di sana, eh berlanjut ke hubungan yang lebih serius dan berakhir ke jenjang pernikahan.

“Sebenarnya dikatakan sumur jodoh karena banyak orang datang dan biasa ketemu dan kenalan di sumur itu. Yang kenalan di situ rata-rata lanjut ke jenjang pernikahan, dan jika mereka sudah menikah pasti kembali untuk makan-makan di lokasi tersebut sebagai bentuk kesyukuran,” ujarnya.

Jufri menambahkan selain sumur jodoh ada juga pohon tempat menggantung botol atau pun batu yang berisi air. Masyarakat meyakini itu sebagai tempat menggantungkan harapan.

“Ada teman-teman yang ada hajatnya gantung batu, gantung botol yang berisi air di pohon-pohon yang naik ke mata air. Itu mereka niatkan kalau mau punya rumah atau beli tanah, atau hasil panen melimpah dan sudah terwujud akan datang bawa makanan dan dimakan bersama, sebagai ucapan kesyukuran,” kata dia.

“Namun, sekarang kepercayaan itu sudah mulai berkurang. Hanya di lokasi tertentu saja yang ada botol tergantung dan itu biasa tersembunyi tempatnya,” ujar Jufri.